Senin, 04 Januari 2010

Sang Pemimpi


Sang Pemimpi Catat Rekor

Senin, 4/1/2010


Dok. Miles Pictures/Mizan

Lukman Sardi dan Ariel dalam film "Sang Pemimpi"

JAKARTA, KOMPAS. com -- Film "Sang Pemimpi" berhasil mencatat rekor. Pada pemutaran sesi perdananya, film garapan sutradara Riri Riza itu, berhasil menyedot penonton hingga 130 ribu orang. Jumlah tersebut, diakui Mira Lesmana, produser film "Sang Pemimpi", tergolong sangat tinggi.

"Iya, jumlah segitu besar banget," ujar Mira Lesmana ditemui di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (4/1/2009).

Melengkapi prestasinya, film sekuel "Laskar Pelangi" juga telah menembus angka 1,8 juta penonton selama dirilis sejak 17 Desember lalu. "Target saya sebenarnya hanya 2 juta penonton, yang penting balik modal," ujar Mira.

Dikatakan Mira, konsep pemutaran "Sang Pemimpi" direncanakan akan mengikuti pola yang dilakukan pada saat pemutaran "Laskar Pelangi", yakni secara gratis di daerah-daerah terpencil. "Kita masih keliling ke berbagai kota untuk nonton bareng dengan layar tancap di Belitong karena enggak ada bioskop di sana. Kita masih akan terus keliling lagi ke 34 titik yang enggak ada bioskopnya," terang Mira.

Sejauh ini, film yang di antaranya dibintangi "Lukman Sardi" dan Ariel "Peterpan" telah diputar di Dubai, Hongkong, dan Australia. "Antusias penonton yang masuk ke twitter dan facebook aku luar biasa, rata-rata mereka menonton empat sampai lima kali. Ada yang bilang terinspirasi jadi tambah semangat yang tadinya sudah malas untuk bercita-cita dan banyak yang bilang bahwa mengingatkan kembali betapa besar peran ayah untuk hidup, terutama kepada ayahnya yang sudah tidak ada. Beberapa guru bilang bahwa cara mengajar bapak Balia sangat menginspirasi mereka. Responnya sangat positif," tuturnya.

Lebih jauh Mira menilai kesuksesan yang berhasil diraih "Laskar Pelangi" dengan "Sang Pemimpi" agak sedikit berbeda. "'Laskar Pelangi" dulu diputar zaman kampanye. Sekarang saya mulai berpikir apakah mereka menonton karena kampanye?" ujarnya. (C9-09)

Dirut Pertamina Bakal Diganti?

Dirut Pertamina Bakal Diganti?

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan dikabarkan akan segera diganti. Namun, saat dikonfirmasi kebenaran berita ini, Menneg BUMN Mustafa Abubakar membantahnya.

"Hah dari siapa? Belum, masih diolah. Posisi dirut belum tentu diganti," tangkisnya, saat dikonfirmasi soal kabar tersebut, di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Senin (4/1/2010).

Dia mengakui akan melakukan perombakan Direksi Pertamina. Pemerintah telah mengisi 24 calon yang akan menduduki posisi direksi dan komisaris Pertamina. Diharapkan, bulan ini sudah dapat diketahui hasilnya.

"Dari 24 sudah diperingkat. Ada kategori sangat baik, baik, kurang. Diharapkan sudah ada hasilnya Januari," tuturnya.

Sebelumnya Mustafa juga mengatakan, pergantian Direksi Pertamina akan dilakukan setelah perombakan Direksi PT PLN.

Program 100 Hari Kerja

Hatta: Program 100 Hari Kerja Telah Capai 92,2 Persen

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah menyatakan telah menyelesaikan 92,2 persen program 100 hari kerja dari target yang telah ditetapkan. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa optimistis pihaknya dapat mencapai seluruh target yang telah ditetapkan sebelumnya atau mencapai 53 program aksi.

"Pada H 100 diharapkan bisa 100 persen, atau seluruhnya ada 53 program aksi dapat dicapai," ujar Hatta, saat jumpa pers akhir tahun 2009 di kantornya, Jakarta, Senin (4/1/2010).

Dia menjelaskan, 53 program aksi tersebut adalah program-program terobosan yang dilakukan oleh kementerian/lembaga untuk menghilangkan sumbatan iklim investasi. Di antaranya, menyangkut harmonisasi peraturan yang menghambat, termasuk revitalisasi energi, dan menyangkut listrik.

Program lainnya adalah menyangkut tata ruang, masalah tanah, land acquisition, lahan telantar, dan masalah infrastruktur yang menggunakan lahan kehutanan.

Tarif Bus Transjakarta

Tarif Bus Transjakarta Bakal Naik


JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempertimbangkan rencana menaikkan tarif bus transjakarta. Kenaikan tarif diperlukan untuk mengatasi membengkaknya subsidi setelah Badan Arbitrase Nasional Indonesia menolak biaya operasional yang diajukan Pemprov DKI Jakarta.

"Keputusan menaikkan tarif bus transjakarta atau menambah subsidinya akan disesuaikan dengan kondisi perekonomian Jakarta beberapa bulan ke depan. Namun, peningkatan biaya operasiona l dan pemeliharaan bus transjakarta memang harus segera disikapi," kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Senin (4/1/2010) di Balaikota DKI.

Pada awal bulan lalu, Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) memutuskan biaya operasional dan pemeliharaan bus transjakarta koridor IV sampai VII adalah Rp 12.256 per kilometer. Nilai itu mendekati yang diminta oleh konsorsium yang mengoperasikan bus, Rp 12.850 per kilometer.

Sedangkan yang diajukan Pemprov adalah Rp 9.500 per kilometer. Nilai yang diajukan Pemprov sama dengan yang ditetapkan untuk konsorsium operator pada koridor VIII-X.

Subsidi yang disediakan Pemprov dalam APBD 2009 dan 2010 untuk koridor IV-VII didasari pada biaya operasional Rp 9.500 per kilometer. Dengan demikian, dibutuhkan tambahan dana lebih dari Rp 100 miliar untuk subsidi bus transjakarta.

Jika tambahan dana subsidi itu dibebankan pada APBD 2010, anggaran untuk sektor lain akan tersedot. Dengan demikian, pembangunan di sektor nontransportasi akan terhambat.