Puisi Chairil Anwar berjudul Cerita Buat Dien Tamaela, sangat populer. Meskipun begitu populer, Dien Tamaela ternyata menjadi sebuah misteri. Siapakah Dien Tamaela? Dien Tamaela bernama lengkap Leonardine Hendriette Tamaela. Dia lahir di Palembang, 27 Desember 1923 sebagai putri pertama pasangan dr Lodwijk Tamaela dan Mien Jacomina Pattiradjawane.
Dien mempunyai seorang adik kandung bernama Lebrin Agustien Tamaela, yang lahir di Malang, 21 Agustus 1926. Sang adik dikenal dengan nama Dee, seorang dokter anak yang masih hidup di Menteng Jakarta Pusat dalam usia 83 tahun.
Dien dan Dee adalah putri dr Lodwijk Tamaela, pria kelahiran Ambon, 4 Maret 1896. Sang dokter meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalulintas di Mojokerto, 27 Juli 1938. Nama sang dokter diabadikan di Ambon sebagai nama ruas jalan dari Tugu Trikora menuju Batugantung.
Ibunda Dien dan Dee yakni Mien Jacomina Pattiradjawane lahir di Ambon, 8 September 1897. Sejak sang suami meninggal tahun 1938, Mien jualah yang mengasuh kedua putrinya. Waktu itu Dien berusia 15 tahun dan Dee baru 12 tahun.
Mien hidup di Jakarta dalam usia yang panjang. Dia baru menghembuskan nafas terakhir di Jakarta, 28 Oktober 1996 dalam usia 99 tahun.
Dien Tamaela sempat belajar di MULO Jakarta. Namun sampai kelas dua, dia pindah ke Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak. Nahas sebab pada tahun 1942, Jepang mulai menguasai Jakarta sehingga sekolah-sekolah ditutup.
Dien pun putus sekolah. Tapi Dien melamar kerja di kantor pemerintah Jepang, dan diterima sebagai tenaga administrasi sampai Indonesia merdeka. Setelah Jepang angkat kaki, tentara NICA ada di mana-mana.
Meskipun situasi tidak menentu, namun komunitas Maluku di Jakarta tetap berada dalam tradisi seni. Dien yang pandai bermain piano, secara rutin tampil dalam siaran budaya Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta.
Sebagai pianis, mengiringi pemuda-pemuda Ambon bernyanyi. Dien juga masuk dalam kelompok penyanyi. Lagu-lagu dan pantun antara lain ditulis oleh seniman Buce Tahalele.
Sementara Dee, adik kandung Dien yang hidup membujang di Apartemen Eksekutif Menteng, lebih beruntung ketimbang kakaknya. Dee mendapat kesempatan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan lulus tahun 1956. Dia memilih menjadi dokter anak dan bekerja sampai pensiun. Dee pernah bertugas di RSU Kudamati Ambon tahun 1957-1960.
Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu
Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut
Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan
Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala.
Beta api di pantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.
Dalam sunyi malam ganggang menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.
Mari menari!
Mari beria!
Mari berlupa!
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu!
Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau....
Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.